WARTA REPUBLIK.COM - Cilegon -Pembangunan infrastruktur kerap menjadi topik hangat, terutama ketika hasilnya justru menimbulkan masalah baru yang merugikan. Salah satu contoh terbaru adalah ambruknya Tembok Penahan Tanah (TPT) yang menjadi bagian dari proyek normalisasi Kali GPM di sekitar kantor Kelurahan Kalitimbang, Kota Cilegon. Kejadian ini memunculkan kekhawatiran warga setempat serta pertanyaan mengenai kualitas pelaksanaan proyek tersebut.
Menurut penuturan Yosep, seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi, ambruknya TPT tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan tembok untuk menahan derasnya air hujan yang mengguyur wilayah Cilegon selama hampir sehari penuh. "Hujan deras yang berlangsung hampir seharian membuat TPT itu jebol," jelasnya.
Namun, selain cuaca buruk, Yosep juga menilai bahwa pengerjaan proyek ini tampaknya dilakukan dengan terburu-buru, meski cuaca tidak mendukung. "Proyek pemasangan TPT ini sepertinya dipaksakan berjalan meskipun sedang musim hujan. Alhasil, kualitas pengerjaannya tentu tidak optimal," tambahnya.
Yosep lebih lanjut mengkritisi kualitas material yang digunakan dalam pembangunan TPT tersebut. Menurutnya, material yang digunakan terlihat tidak memenuhi standar teknis yang memadai. "Perhatikan saja material yang roboh. Tidak ada kuncian antara TPT yang baru dengan yang lama, dan juga tidak ada saluran untuk mengalirkan air. Padahal, tanah di sekitar lokasi masih sangat labil," ucapnya dengan tegas.
Proyek pembangunan TPT ini sendiri dikerjakan oleh PT Ebi Karya Bersama dengan pengawasan dari PT Gama Plan Consultant. Proyek ini menggunakan anggaran sebesar Rp306.002.328,35 yang bersumber dari APBD Kota Cilegon. Meski faktor cuaca dianggap sebagai penyebab utama terjadinya kerusakan, masyarakat berharap agar pemerintah, terutama Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Cilegon, lebih memperhatikan kualitas pengerjaan proyek-proyek infrastruktur semacam ini di masa mendatang.
Menanggapi hal tersebut, pihak Dinas PUPR Kota Cilegon melalui Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA), Edi Hilfiandi, menyatakan bahwa pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak konsultan pengawas untuk segera mengkaji penyebab ambruknya TPT di lokasi tersebut. "Kemarin, kami telah mengadakan rapat dengan pelaksana dan konsultan pengawas. Kami akan menunggu hasil kajian dari konsultan mengenai masalah ini," ujar Edi.