Pemda Madina Jangan Main Asal Tutup saja , Ini Masalah Perut -->

Header Menu

Pemda Madina Jangan Main Asal Tutup saja , Ini Masalah Perut

A.H Agustian
Monday, 29 April 2024

Pemda Madina jangan Main Asal Tutup saja , Ini Masalah Perut 

MADINA,WARTA GLOBAL BENGKULU.ID.  Magrifat Lubis  menegaskan bahwa Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) merupakan kegiatan yang dilarang. Meski demikian, ia berharap Pemerintah tidak hanya melarang masyarakat melakukan penambangan, tanpa memberikan solusi.

“Harus kita sepakati dulu ya, bahwa PETI itu dilarang. Tetapi kita harus melihat dari sisi kemanusiaan, tidak bisa juga kita main larang tanpa ada solusi,” ujar Maman kepada wartawan, baru-baru ini.

Dilanjutkannya, solusi yang dimaksud sejatinya sudah ada dalam Undang-Undang Minerba yang menyebutkan bahwa siapapun dia, baik perorangan ataupun koperasi bisa mengajukan Izin Pertambangan Rakyat atau IPR.

“Untuk perorangan maksimal 5 hektar dan untuk koperasi maksimal 10 hektar. Jadi, mari kita dorong Pemerintah daerah, Pemerintah provinsi, DPRD dan DPR RI nya untuk membantu masyarakat dengan membuat IPR,”tambahnya.

Magrifat Lubis Mantan Aktifis Madina  menjelaskan bahwa salah satu hal yang bisa mendorong agar IPR bisa terwujud adalah lewat sikap pro aktif Kepala Daerah untuk mengajukan Wilayah Pertambangan Rakyat atau WPR dulu. Setelah ada WPR, barulah bisa diurus IPR.

“Alhamdulillah, Mandailing Natal ini terkenal dengan banyaknya emas baik di gunung maupun di sepanjang aliran sungai Batang gadis ” ungkapnya.

Diakuinya, pihaknya merupakan salah satu orang yang sangat “bersemangat” memperjuangkan IPR di wilayah Mandailing Natal . Hal itu semata agar Mandailing Natal  menjadi percontohan pertambangan emas yang dikelola oleh rakyat, yang pada akhirnya bisa diikuti atau ditiru oleh Kota/Kabupaten lainnya. Hingga kemudian masalah PETI bisa terselesaikan.
Namun bagaimana kalau sikap kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak mau ikut memperjuangkan , ?

“yang pasti kita tidak bisa main larang, tanpa solusi. Selagi ini masalah perut orang yang harus kita pikirkan,”paparnya.

REDAKTUR : A.H AGUSTIAN